Masjid di Indonesia pada umunya hanya dijadikan sebagai tempat beribadah
atau pun sebagai pusat pengembangkan ekonomi umat Islam saja. Namun,
sampai saat ini, belum ada masjid yang mampu menghasilkan tenaga
listrik, yang bisa menerangi rumah-rumah umat Islam di sekitarnya.
Karena itu, mahasiswa dari kelompok studi energi alternatif di Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palangkaraya membuat ide inovatif, di mana kubah masjid dijadikan sebagai penghasil tenaga listrik. Ide kubah masjid penghasil listrik ini dipamerkan dalam Pameran Pendidikan Islam Internasional atau International Islamic Education Expo (IIEE) yang diselenggarakan Kementerian Agama tanggal 21-24 November 2017 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang Selatan, Banten.
Kamis (22/11) kemarin, Republika.co.id menjungi
stan IAIN Palangkaraya yang di dalamnya terdapat rancangan masjid yang
kubahnya bisa menghasilkan listrik ini. Kubah masjid ini diubah menjadi
kincir angin savonius tipe U atas dasar penelitian mahasiswa
bernama Sigit Suryono yang berjudul "Pengaruh Kelengkungan Sudu terhadap
kecepatan dan daya listrik pada Kinerja Kincir Angin Savonius tipe U"Karena itu, mahasiswa dari kelompok studi energi alternatif di Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palangkaraya membuat ide inovatif, di mana kubah masjid dijadikan sebagai penghasil tenaga listrik. Ide kubah masjid penghasil listrik ini dipamerkan dalam Pameran Pendidikan Islam Internasional atau International Islamic Education Expo (IIEE) yang diselenggarakan Kementerian Agama tanggal 21-24 November 2017 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang Selatan, Banten.
"Ini bagaimana masjid atau mushalla yang memiliki luas bagian atapnya itu dibuat kincir. Jadi kubah masjid ini bisa menjadi penghasil listrik. Ini yang kami buat ide dari kelompok studi," ujar dosen pembimbing penelitian tersebut, Suhartono kepada Republika.co.id.
Penelitian mahasiswa ini menghasilkan bahwa daya listirik terbesar dimiliki oleh kincir angin dengan sudut kelengkungan sudu 700 pada kecepatan angin 3,58 m/s, dengan kecepatan putar kincir sebesar 37,88 rpm, dan daya listrik yang dihasilkan generator sebesar 0,17 Watt.
Sedangkan daya listrik terkecil dimiliki oleh kincir angin dengan sudut kelengkungan sudu 600 pada kecepatan angin 6,69 m/s. Dengan kecepatan putar kincir sebesar 16,66 rpm dan daya listrik yang dihasilkan generator sebesar 0,01 Watt.
Sementara, efisiensi terbesar kinerja kincir angin dalam menghasilkan daya listrik terjadi pada sudut kelengkungan sudu 800 sebesar 2,34 persen pada kecepatan 1,69 m/s, dan efesiensi terkecil terjadi pada sudut kelengkungan sudu 1.000 sebesar 0,51 persen dan kecepatan 3,58 m/s.
Namun, menurut Suhartono, konsep masjid penghasil listrik ini masih dalam tataran ide. Karena itu, dia berharap, ide mahasiswanya ini bisa diwujudkan secara nyata di lingkungan masyarakat yang memang membutuhkan listrik, terutama di daerah pelosok.
Dia mengatakan, ide ini baru muncul sekitar sebulan yang lalu. Konsep ini, belum dapat diaplikasikan secara nyata karena masih perlu melakukan riset lagi di suatu daerah yang memiliki kekuatan poros dan intensitas angin, sehingga bisa menggerakkan kubah masjid berbentuk kincir angin itu.
"Jadi kita harap ada buat percontohan masjid atau mushalla yang menggunakan teknologi kincir angin yang memodifikasi kubahnya menjadi kincir," ucapnya.
Menurut dia, pengaplikasian hasil penelitian ini sangat mungkin dilakukan. Apalagi, kata dia, kubah kincir angin itu akan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang tinggal di pelosok negeri. "Misalnya kalau tidak digunakan, listrik itu bisa dialihkan ke masyarakat sekitar. Jadi bukan hanya masjid yang teraliri listrik tapi juga rumah-rumah yang dekat," katanya.
Namun, menurut dia, untuk mewujudkan ini perlu dukungan dari pemerintah atau pihak-pihak lain yang ingin merealisasikan ide masjid penghasil listrik ini. "Jadi fungsi masjid itu bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi bagaimana juga membantu masyarakat misalkan untuk mengatasi kelangkaan listrik di daerah yang terpencil," ujarnya.
Suhartono menuturkan, masjid penghasil listrik ini bisa diaplikasikan di daerah-daerah timur Indonesia yang terdapat banyak angin, khususnya di kawasan pesisir pantai ataupun di perbukitan. Namun, menurut dia, sekali lagi pihaknya masih perlu riset lagi untuk mendapatkan data tingkat kekuatan angin di daerah-daerah yang memang potensi.
"Kita berharap pada pemerintah bagaimana mendukung riset ini dulu dan penelitian yang berkelanjutan, sehingga produk ini bisa benar-benar teraplikasi," kata Suhartono.
Sumber:http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/11/24/ozx05m396-kubah-masjid-diharapkan-jadi-penghasil-tenaga-listrik
0 comments:
Posting Komentar